21st June, 2009

Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw

Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw

Bertahun-tahun diterbitkan gambar yang disebut sebagai gambar masa mudanya Nabi Muhammad saw di Iran. Masyarakat Iran di samping menunjukkan rasa suka terhadap gambar itu, mereka juga mempertanyakan keabsahannya. Sebagian menyebutkan bahwa gambar itu dilukis oleh pendeta Buhaira yang sempat mengiringi Nabi Muhammad saw bersama pamannya ke Syam. Pada kenyataannya, banyak yang meragukan jawaban ini.

Tulisan berikut ini adalah usaha untuk mencari sumber asli gambar masa muda Nabi Muhammad saw. Para penulis berusaha mengargumentasikan dari mana asal gambar itu. Namun, kelihatannya, masalah ini senantiasa terbuka untuk dijadikan kajian.

Tulisan ini adalah hasil terjemahan yang dilakukan oleh Rasul Ja’fariyah dari makalah yang judul aslinya The Story of Picture Shiite Depictions of Muhammad, Pierree Centlivre & Micheline Centlivres-Demont dalam majalah ISIM Review 17, Spring 2006, hal 18-19.

Syiah Iran punya pengalaman yang cukup panjang dalam menggambarkan keluarga Nabi Muhammad saw dan Nabi sendiri. Pada akhir-akhir dekade 90 –an poster yang menggambarkan wajah Nabi Muhammad saw di cetak di Iran dan menjadi salah satu poster terlaris. Dalam poster itu menggambarkan wajah masa muda dari Nabi Muhammad saw.

Saat ini, poster ini dicetak dengan mempergunakan teknologi modern dengan alat dan teknik yang beragam. Sekalipun demikian, struktur gambar masih mempertahankan gaya tradisionalnya. Warna yang dipakai masih mempertahankan kesederhanaan. Namun, tetap saja memiliki kelebihan yang membedakannya secara mudah dari gambar yang lain seperti pedang Ali as yang memiliki dua mata.

Penggambaran yang akan kami bawakan berbeda dengan penggambaran sebelumnya. Gambar seorang pemuda tampan, mata sendu dan wajah yang menenangkan hati mengingatkan orang akan gambar-gambar di zaman Renaisan. Terutama gambar-gambar tentang pemuda yang dilukis oleh Caravagio seperti lukisan Boy Carrying a Fruit Basket yang berada di galeri Borghese, Roma dan lukisan Saint John The Baptist di museum Capitole. Kelembutan bak beludru, mulut yang setengah terbuka dan tatapan sendu.

Sekalipun ada beberapa naskah dari gambar ini, namun semuanya menunjukkan kesan muda dan di bawahnya tertulis “Muhammad Rasulullah”, bahkan sebagian memberikan informasi lebih detil tentang periode kehidupan Nabi ketika lukisan ini dilukis serta sumber lukisan sekaligus.

Penemuan menarik

Pada tahun 2004, ketika menyaksikan pameran foto dua orang seni rupa Lehnert dan Landrock, secara tidak disengaja akhirnya tersingkap juga sumber poster Iran itu. Itu dapat dilihat di foto Lehnert sepanjang tahun 1904-1906 yang diambilnya di Tunisia. Foto ini kemudian pada dekade 20 –an dicetak dalam kartu ucapan selamat.

Radolf Franz Lehnert (1878-1948) adalah warga negara Chekoslowakia sekarang. Pada tahun 1904 bersama Ernst Heinrich Landorck (1878-1966) berkebangsaan Jerman, bersama-sama menuju Tunisia. Lehnert sebagai fotografer dan Landrock sebagai penerbit dan direktur. Tahun sebelumnya, Lehnert pernah tinggal sebentar di Tunisia. Saat itulah ia jatuh cinta dengan alam di sana dan penduduknya. Keduanya membangun perusahaan L & L yang beroperasi di bidang penerbitan foto-foto dari pemandangan indah Tunisia dan Mesir. Hasilnya adalah ribuan foto dan kartu dengan gambar daerah ini yang dicetak.

Lehnert pernah mengenyam pendidikan di Yayasan Seni Grafis di Vienna. Ia punya hubungan dengan anggota Pictorialist yang menganggap foto sebagai karya seni. Foto-foto Lehnert tidak saja berbicara mengenai gurun pasir, bukit-bukit pasir, pasar dan kawasan penduduk Tunisia, tapi juga foto-foto dari remaja putra dan putri yang umurnya antara anak dan remaja dan masih memiliki wajah antara laki dan wanita. Foto-foto ini biasanya diambil sesuai dengan pesanan pembeli Eropanya. Foto tentang dunia Timur yang memberikan nuansa lain.

Lehnert sangat memanfaatkan kesempatan ini, namun ia juga mengolah kejeniusannya dalam menyiapkan karyanya. Foto-fotonya dicetak dalam bentuk perak, dalam bentuk gambar timbul dan dibuat dalam empat warna. Kebanyakan dari kartu ucapan selamatnya ini dicetak di Jerman sejak tahun 1920 dan disebarkan di Mesir.

pic1.jpg

Cetakan-cetakan dan teks yang sesuai

Tidak diragukan bahwa kartu yang ditunjukkan dalam bentuk 1, berdasarkan penomoran L & L, nomornya adalah 106 dikenal dengan poster Iran. Yang lebih menarik nama kartu nomor 106 adalah Muhammad. Ini dengan sendirinya dapat menunjukkan mengapa pelukis Iran menjadikannya sebagai model untuk lukisan Nabi Muhammad saw. Tidak ragu lagi, semua naskah yang ada dari foto ini menjadikan foto nomor 106 sebagai contoh dengan perbedaan bahwa naskah pertama lebih sesuai dengan foto yang asli. Dengan demikian, Lehnert tanpa disengaja ditempatkan dalam hati sebuah legenda.

Pertanyaan mengenai hubungan antara wajah Nabi Muhammad saw dan wajah remaja Tunisia belum mendapatkan jawabannya. Lukisan seorang remaja tertawa dengan mulut setengah terbuka, memakai sorban dan bunga melati di telinga. Wajah yang sama dalam kartu yang lain dengan judul Ahmad, seorang remaja Arab dan lain-lainnya.

Kami belum mampu menyingkap perjalanan foto yang dicetak di dekade 20 –an yang sampai di tangan penerbit Teheran dan Qom di dekade 90 –an. Namun, masih ada pertanyaan apa yang menyebabkan penerbit Iran menemukan adanya kesamaan antara wajah Nabi Muhammad semasa remajanya dengan seorang remaja Tunisia?

Sebelum perang dunia pertama, gambar Muhammad di majalah National Geographic pada bulan Januari tahun 1914 dalam sebuah artikel dengan judul “Inja va Anja Dar Shumal Afriqa” (Di sana dan di sini di Utara Afrika), di bawahnya tertulis “Arabi ba Yek Gol” (Seorang Arab dengan sebuah bunga). Pada dekade dua puluhan, kartu seri Tunisia L & L sangat disukai oleh tentara Prancis di Utara Afrika. Pada dekade 80 dan 90 –an banyak buku yang dicetak yang memuat foto-foto ini, namun judulnya bukan Muhammad.

Naskah Iran yang sekarang sudah ada perubahan. Wajah yang menipu itu masih terjaga, namun keindahan wajahnya agak berkurang. Pundak sebelah kirinya agak lebih tertutup dengan kain, mulut dan matanya sudah mengalami perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa seniman Iran berusaha untuk mengurangi sisi keindahan foto Lehnert, sehingga foto itu tidak lagi terlalu menarik dan diberikan tambahan agar terlihat sebagai orang suci.

pic2.jpg

Akar Kristen?

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sebagian tulisan menganggap bahwa hasil karya ini punya hubungan dengan Kristen dan bukan Islam. Masalah ini memberi justifikasi tidak berdosanya seorang muslim melihat wajah Nabi atau melukiskannya. Lebih dari pada itu, orang-orang Kristen menganggap Nabi Muhammad saw sejak mudanya sebagai pribadi yang suci. Kisah pendeta Kristen Katolik atau Ortodoks bernama Buhaira menyimpulkan itu. Berdasarkan kisah itu, pada abad 9 atau 10 Buhaira berusaha mencari Nabi Muhammad saw berdasarkan tanda-tanda yang dimiliki Nabi di antara pundaknya. Nabi akan datang semestinya berkata: “Ketika saya menengok ke langit dan bintang-bintang, saya merasa di atas bintang-bintang”. Ini juga sebuah alasan disebagian gambar Nabi Muhammad saw ada latar belakang bintang-bintang.

Sekalipun sampai saat ini tidak ada penggambaran tentang wajah Nabi Muhammad saw di masa mudanya, namun penggambaran itu ada dalam bentuk dewasanya. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kulit putih, mata hitam, alis yang tebal,gGigi teratur dan rambut bergelombang. Bentuk yang digambarkan itu dapat ditemukan dalam poster Iran. Pada hakikatnya ini adalah sebuah gambar dari sebuah gambar lain. Dengan kata lain, pelukis Iran mengambil model Nabi Muhammad saw yang mencerminkan keindahan, keremajaan dan keserasian.

Posted at 11:52 am | Comment (0)

21st June, 2009

NABI MUHAMMAD S.A.W.(RAHMAT BAGI SELURUH ALAM)

“Tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi Rahmat bagi sekalian alam.”  (Quran s. al- Anbiya : 107)

Peribadi Nabi Mohammad s.a.w. sungguh menarik hati seluruh manusia yang mengakui kebenaran, keperibadian Rasulallah jelas diterangkan dalam al-Quran antaranya Allah berfirman yang bermaksud:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah (kepadamu Muhammad s.a.w) , engkau telah bersikap lemah lembut kepada mereka. Kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari kamu. Oleh itu ma’afkanlah mereka (mengenai kesalahan yang mereka lakukan terhadap engkau, dan mohonlah keampunan bagi mereka, dan juga bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (permasaalahan keduniaan) itu. Kemudian setelah engkau berazam (untuk membuat sesuatu) maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertawakkal kepadaNya. (al-Quran s. Ali Imran: 159)

Ini salah satu sifat terpuji dari peribadi Nabi Muhammad s.a.w. diantara banyak lagi sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasulallah s.a.w., sehingga menyebabkan baginda Nabi s.a.w. telah dapat membawa suatu perubahan yang luar biasa terhadap masyarakat ummat manusia, khasnya masyarakat Arab di zaman jahiliah .

Sebelum Islam, Dunia berada dalam kegelapan, terutama sekali   dunia Arab. Penyembahan kepada Tuhan yang Maha Esa, telah bertukar kepada penyembahan kepada berhala yang mereka ciptakan sendiri. Perikemanusiaan telah bertukar  kepada sifat-sifat kebinatangan; yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, wanita dijadikan sebagai alat pemuas nafsu ataupun sebagai iklan untuk melariskan perniagaan, jika lahir anak lelaki mereka sungguh gembira, akan tetapi jika lahir perempuan mereka sampai hati membunuhnya. Ramai pula mereka yang mengamalkan cinta sesama sejenis, lelaki dengan lelaki, perempuan dengan perempuan, kalau ini terus dibenarkan apa akan jadi terhadap ummat manusia didunia ini, sudah tentu mereka akan pupus, keturunan mereka  akan terputus, inilah yang telah diamalkan oleh kaum Luth.

Sebelum Islam Dunia Arab berpecah belah, Yaman dikuasai oleh Kerajaan Persia, dan Habasyah, disamping dikuasai oleh ketua-ketua kabilah. Iraq dikuasai oleh Manazirah yang tunduk kepada kerajaan Romawi. Najd dan Hijaz dikuasai oleh kabilah Arab yang masing-masing berdiri sendiri. Perpecahan dan permusuhan diantara mereka berlarutan beratus tahun, sehingga bangsa Arab mundur dalam banyak hal.

Setalah Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad s.a.w. bangsa  Arab telah disatukan, dibawah satu pimpinan. Mereka menjadi Ummat yang maju dalam berbagai bidang, malah dapat mengalahkan dua kerajaan besar Rome dan Parsi. Selanjutnya para sahabat telah mengembangkan Islam kemerata tempat di dunia ini.

Ummat Islam telah membawa  perubahan  besar di Timur ataupun di Barat. Amat menyedihkan setelah Ummat Islam meninggalkan ajaran Islam yang menyeru kepada kebenaran dan keadilan, dan mereka terikut-ikut hanyut dalam kancah  bertuhankan hawa nafsu, maka semenjak itu ummat Islam menjadi lemah, mereka dapat dikalahkan oleh musuh-musuh Islam, sehingga meskipun jumlah Ummat Islam melebihi seperlima  penduduk dunia, dan memiliki jumlah sumber kekayaan yang melimpah ruah, tetapi semua itu tidak  membawa manfaat apa-apa. Malah ummat Islam dipermainkan,  dihina, ditindas. Semua ini terjadi  karena kesalahan Ummat Islam  sendiri,  oleh itu telah tiba masanya seluruh Ummat Islam kembali kepada al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w. Insya Allah Ummat Islam akan memperoleh kemuliaan dan kesejahteraan yang telah pernah mereka miliki di zaman Rasullah s.a.w. dan para sahabatnya yang terpilih, Insya Allah.

Rasulallah s.a.w.adalah contoh teladan yang sebaik-baiknya bagi kita, dalam  semua hal, sebab nabi s.a.w. telah berjaya membawa perubahan yang luar biasa dalam semua bidang dalam masa yang begitu singkat (hanya 23 tahun). 

Baginda telah berjaya merubah  masyarakat musyrikin, yang menyembah berhala, berpecah belah, bersuku puak, zalim, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, yang pandai menipu yang bodoh bahkan bertebaran kejahatan di daratan dan di lautan disebabkan amal perbuatan mereka. 

Semuanya itu telah dirobah, menjadi masyarakat yang hanya menyembah Allah s.w.t. Masyarakat yang berpecah belah, bersuku puak, telah dipersaudarakan menjadi satu masyarakat yang bersatu padu. 

Masyarakat yang zalim, menjadi masyarakat yang harmonis dimana si lemah dilindungi, si miskin dibela nasib mereka, wanita mendapat hak-hak mereka yang sebelumnya mereka tak punya nilai, hanya sebagai alat untuk pemuas nafsu lelaki sahaja, malah mereka  dibunuh hidup-hidup. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi s.a.w.dari sehari ke sehari terus mendapat sambutan dari orang ramai. Pimpinan Quraisy semakin khuatir, kepimpinan mereka akan beralih kepada kepimpinan Nabi s.a.w. Oleh itu mereka bekerja keras untuk menghalang perkembangan Islam dengan berbagai cara.  Tetapi semua usaha mereka yang jahat itu tak dapat menyekat usaha gigih Nabi s.a.w. dan pengikutnya yang setia. Melihat kegagalan demi kegagalan yang mereka alami, maka pihak penguasa Quraisy, mulai berlembut dan mengajak bekerjasama untuk menghilangkan segala perbedaan yang ada.

Sebagai permulaan mereka sanggup menyembah Allah s.w.t. di satu masa dan di lain masa pula nabi s.a.w. dan ummat Islam diminta menyembah berhala yang mereka ciptakan. Semua ajakan tolak ansur yang menyesatkan ini, juga ditegah untuk diamalkan. 

Kita dilarang keras menyembah makhluk, sama ada (apakah) dia berhala,  manusia, ataupun haiwan dsb. 

Allah s.w.t.berfirman yang bermaksud: “Katakanlah (wahai  Muhammad): “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah. Aku tak pernah menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu pula tidak pernah menyembah apa yang aku sembah. Bagi kamu agama kamu, dan bagiku agamaku.”
(Q.S.al-Kaafirun:1-6)

Inilah suara Iman dan Tauhid yang sebenarnya. Kita dilarang keras  menyengutukan Allah dengan apapun juga. Semua dosa Allah akan ampunkan kecuali  dosa mensyarikatkan (menyengutukan)  Allah, tidak akan diampunkan oleh Allah s.w.t.

Pemimpin Quraisy menjadi berang, mereka berusaha pula mengadakan berbagai tekanan yang lainnya, yang kemuncaknya dengan mengambil suatu keputusan bersama, untuk memulaukan Nabi s.a.w.dan para pengikutnya yang setia, supaya nabi s.a.w. dan pengikutnya menjadi lemah dan menyerah kalah. Pimpinan Quraisy mengadakan pertemuan dan mengambil suatu keputusan  bertulis, dan digantungkan di ka’bah, sebagai satu keputusan yang mesti  dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua suku Quraisy untuk memulaukan Nabi  s.a.w. dan kaum beliau Bani Hasyim, antaranya isi dari keputusan itu ialah:

(1) Melarang semua orang Quraisy berurusan perniagaan dengan Nabi dan  pengikut Nabi s.a.w. terutama bani Hashim dan bani Muthalib.

(2) Tidak boleh mengadakan ikatan pernikahan dengan kaum Muslimin.

(3) Melarang sesiapapun untuk bergaul dengan Muhammad dan pengikutnya.

(4) Pihak Quraisy akan bekerjasama dan membantu sesiapa yang sedia memusuhi Muhammad dan pengikutnya.

Teks perjanjian itu disahkan oleh semua pemuka Quraisy dan dilaksanakan  dengan tegas.

Abu Thalib bapa saudara nabi s.a.w. sebagai pendukung dan pembela utama Nabi s.a.w. menjemput semua kerabat nabi s.a.w.dari keturunan Bani Hasyim, dan meminta mereka supaya bertanggung jawab dan membela Nabi s.a.w.Semua  kerabat Nabi s.a.w. daripada kalangan  Bani Hasyim diarahkan berkumpul di sebuah lembah gersang, yang terkenal dengan nama lembah Abu Thalib. Pemulauan ini berjalan selama tiga tahun. Kezaliman yang diluar perikemanusiaan ini, terpaksa ditangggung oleh semua keluarga Bani Hasyim, dalam suasana kekurangan makanan dan minuman, sehingga ada yang terpaksa memakan umbut-umbut rumput, kulit binatang, dan sebagainya demi mengisi perut yang sedang dalam kelaparan.

Setamatnya pemulaun Quraisy terhadap Nabi s.a.w. dan suku kaum Nabi yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib, baginda Nabi  Muhammad s.a.w. tidak menghentikan dakwahnya, malah Nabi meneruskan perjuangannya mengajak manusia ke jalan yang benar.

Pada suatu masa, Nabi pergi  ke Thaif mengajak kaum shakif kepada Islam, sayang sekali seruan Nabi s.a.w. dibalas dengan ejekan dan lemparan batu oleh kaum durhaka disitu sehingga  darah bercucuran ditubuh Nabi s.a.w. akibat lemparan batu dan benda-benda keras lainnya. Meskipun demikian Nabi s.a.w hanya berdoa : “Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahuinya”

Berkat kesabaran dan usaha yang gigih dalam perjuangan, maka hati manusia mulai terbuka kepada Islam, terutama mereka yang telah dianiaya dan dizalimi. Mereka memeluk Islam, dan mengamalkan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Mereka tertarik terutama kepada keperibadian Nabi s.a.w. yang sederhana suka membantu fakir miskin, yatim piatu  dan janda, mengasihi mereka yang lemah, sedia memaafkan musuh, membenci keganasan, cintakan ilmu  pengetahuan, sehingga dalam  masa yang singkat (23 tahun) Islam  berkembang dengan  pesatnya keseluruh semenanjung tanah Arab.

Nabi s.a.w. begitu kasihkan isterinya Siti Khadijah, sehingga baginda hidup rukun dan damai dengan isterinya Khadijah hingga isterinya wafat, yaitu selama 28 tahun isteri nabi hanya Kadijah seorang sahaja. Nabi s.a.w berkahwin lain setelah wafatnya Siti Khatijah. Dikalangan isteri baru Nabi s.a.w,  yang gadis hanya siti Aisyah seorang. Kebanyakan yang lainnya terdiri para janda untuk menyelamatkan anak-anak yatim, yang menjadi tanggungan mereka, dan perkawinan Nabi selanjutnya juga untuk menarik kabilah-kabilah ke dalam Islam.

Quraisy Melanggar  Perjanjian Hudaibiya

Ketika Quraisy melanggar perjanjian  dengan Nabi s.a.w.  dimana  sekutu mereka  Banu Bakr telah menyerang dan membunuh pihak Khuza’a , maka pihak Khuza’a meminta  pertolongan Nabi s.a.w. Maka Nabi s.a.w. bersama 10,000 orang tentera Islam berangkat untuk melancarkan serangan balasan keatas kaum Quraisy di Makkah. Sebelumnya memasuki kota Makkah terlebih dahulu Nabi Muhammad s.a.w. memberi  nasihat kepada tentera Islam, supaya tidak membunuh orang tua, wanita, kanak-kanak, tidak menceroboh dan merosakkan tanaman, tidak membunuh haiwan, untuk tidak sampai  banyak kerosakan. Nabi juga menyeru  barangsiapa menutup pintu rumah masing-masing mereka akan selamat, barangsiapa berlindung di Kabah ia akan selamat, malah setelah Abbu Sufyan (Ketua kaum Quraisy) masuk Islam, nabi s.a.w. juga memberi kesempatan barangsiapa berlindung  di rumah Abu Sufyan juga dijamin keselamatannya.

Sementara  dalam  persiapan peperangan tiba-tiba  Saad bin “Ubada berkata :”Hari ini adalah hari peperangan, hari dibolehkannya segala yang terlarang…..’

Hal ini telah melanggar perintah Nabi  s.a.w. dimana kaum Muslimin  dilarang membunuh penduduk Makkah. Oleh karena itu Nabi mengambil bendera komando dari  tangan Sa’ad  dan diserahkan kepada anaknya yang bernama Qais, terselamatlah  penduduk Makkah dari menjadi korban peperangan, dengan demikian kota Makkah  telah dapat dikuasai dengan  menyelamatkan ramai nyawa mereka yang tidak bersalah. Bukan itu saja malah Nabi s.a.w. telah memberikan pengampunan Umum, termasuk mereka yang telah banyak berbuat kesalahan dan kezaliman dan penganiayaan kepada nabi  dan pengikutnya. Nabi s.a.w. mengatakan

Pergilah kamu sekaliah. Kamu sekarang sudah bebas.”

Setelah memasuki kota Makkah Nabi Muhammad s.a.w. mengeluarkan perintah jangan ada seorangpun dibunuh, jangan ada pertumpahan darah. Mereka yang telah melakukan banyak kesalahan dan khuatir dibunuh,  lalu menyembunyikan diri mereka, akan tetapi akhirnya keluar juga setelah menyaksikan sendiri betapa kasih sayang Nabi s.a.w. yang telah mengampun secara beramai-ramai, akhirnya mereka keluar dan datang kepada Nabi s.a.w. memohon supaya dimaafkan, dan Nabi s.a.w. memaafkannya.

Ramai manusia terkeliru terhadap Islam disebabkan mereka tidak mengenal Islam, dan ramai yang melemparkan tuduhan keji kepada Nabi Muhammad s.a.w., disebabkan  mereka tidak mengenal siapa baginda. Akan tetap bagi mereka yang   mahu mengkaji Riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. akan mengakui tentang betapa tingginya keperibadian Nabi  s.a.w. sehinggakan Ummat Islam sanggup mengorbankan apa saja demi kecintaan mereka  kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Posted at 11:50 am | Comment (0)

21st June, 2009

Nabi Muhammad s.a.w

Nabi Muhammad s.a.w. (sallallahu aleihi wassalam) (B. Arab: محمد) adalah pesuruh Allah yang terakhir. Baginda adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam dan merupakan Rasulullah bagi seluruh umat di dunia. Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w. merupakan satu rahmat kepada manusia sekalian alam. Baginda bukan sahaja diangkat sebagai seorang rasul tetapi juga sebagai pemimpin, ketua tentera dan juga sebagai pendamai. Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan di Mekah dan kembali ke rahmatullah di Madinah. Walaupun diketahui bahawa Muhammad merupakan rasul dan nabi terakhir bagi umat manusia oleh orang Islam, tetapi orang-orang Yahudi dan Kristian enggan mengiktiraf Muhammad sebagai nabi dan rasul. Nabi Muhammad merupakan pelengkap ajaran Islam setelah Nabi Musa dan Nabi Isa.

Surah Al-Anbiya, ayat 107 bermaksud:

Surah Al-Anbiya, ayat 107

“Dan tidak kami (Allah) utuskan kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.”

Isi kandungan

 

//

Kelahiran

Nabi Muhammad telah diputerakan di Mekah, Arab Saudi pada hari Isnin, 12 Rabiulawal (20 April 571M). Ibu baginda, iaitu Aminah binti Wahb, adalah anak perempuan kepada Wahb bin Abdul Manaf dari keluarga Zahrah. Ayahnya, Abdullah, ialah anak kepada Abdul Muthalib. Keturunannya bersusur galur dari Ismail, anak kepada Ibrahim kira-kira dalam keturunan keempat puluh.

Ayahnya telah meninggal sebelum kelahiran baginda. Sementara ibunya meninggal ketika baginda berusia kira-kira enam tahun, menjadikannya seorang anak yatim. Menurut tradisi keluarga atasan Mekah, baginda telah dipelihara oleh seorang ibu angkat(ibu susu:-wanita yang menyusukan baginda) yang bernama Halimahtus Sa’adiah di kampung halamannya di pergunungan selama beberapa tahun. Dalam tahun-tahun itu, baginda telah dibawa ke Mekah untuk mengunjungi ibunya. Setelah ibunya meninggal, baginda dijaga oleh datuknya, Abdul Muthalib. Apabila datuknya meninggal, baginda dijaga oleh bapa saudaranya, Abu Talib. Ketika inilah baginda sering kali membantu mengembala kambing-kambing bapa saudaranya di sekitar Mekah dan kerap menemani bapa saudaranya dalam urusan perdagangan ke Syam (Syria).

Masa remaja

Dalam masa remajanya, Muhammad percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah. Baginda hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan bongkak. Baginda menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berkongsi penderitaan mereka dengan berusaha menolong mereka. Baginda juga menghindari semua kejahatan yang menjadi amalan biasa di kalangan para belia pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga beliau dikenali sebagai As Saadiq (yang benar) dan Al Amin (yang amanah). Baginda sentiasa dipercayai sebagai orang tengah kepada dua pihak yang bertelingkah di kampung halamannya di Mekah.

 Berumahtangga

Ketika berusia kira-kira 25 tahun, ayah saudara baginda menyarankan baginda untuk bekerja dengan kafilah (rombongan perniagaan) yang dimiliki oleh seorang janda yang bernama Khadijah. Baginda diterima bekerja dan bertanggungjawab terhadap pelayaran ke Syam (Syria). Baginda mengelolakan urusniaga itu dengan penuh bijaksana dan pulang dengan keuntungan luar biasa.

Khadijah begitu tertarik dengan kejujuran dan watak peribadinya yang mendorong beliau untuk menawarkan diri untuk mengahwini baginda. Baginda menerima lamarannya dan perkahwinan mereka adalah bahagia. Mereka dikurniakan 7 orang anak (3 lelaki dan 4 perempuan) tetapi ketiga-tiga anak lelaki mereka, Qasim, Abdullah dan Ibrahim meninggal semasa kecil. Manakala anak perempuan baginda ialah Ruqayyah, Zainab, Ummu Kalsum dan Fatimah az-Zahra. Khadijah merupakan satu-satunya isterinya sehinggalah beliau meninggal pada usia 51 tahun.

Bapa-bapa saudara dan ibu-ibu saudara Nabi Muhammad s.a.w.

 Kerasulan

Gua Hira tempat pertama kali Nabi Muhammad s.a.w. memperoleh wahyu.

Muhammad telah dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah. Ia sungguh menyedihkan hatinya sehingga beliau kerapkali ke Gua Hira’, sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebgai Jabal An Nur untuk memikirkan cara untuk mengatasi gejala yang dihadapi masyarakatnya. Di sinilah baginda sering berfikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kedurjanaan yang kian berleluasa.

Pada suatu malam, ketika baginda sedang bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatangi Muhammad. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Baginda diminta membaca. Baginda menjawab, “Saya tidak tahu membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta Muhammad untuk membaca tetapi jawapan baginda tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Amat Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu baginda berusia 40 tahun. Wahyu itu turun kepada baginda dari semasa ke semasa dalam jangka masa 23 tahun. Siri wahyu ini telah diturunkan menurut panduan yang diberikan Rasulullah s.a.w. dan dikumpulkan dalam buku bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan). Kebanyakkan ayat-ayatnya mempunyai erti yang jelas. Sebahagiannya diterjemah dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebahagiannya pula diterjemah oleh Rasulullah sendiri melalui percakapannya, tindakan dan persetujuan yang terkenal, dengan nama Sunnah. Al-Quran dan al Sunnah digabungkan bersama untuk menjadi panduan dan cara hidup mereka yang menyerahkan diri kepada Allah.

Marhalah Dakwah Rasulullah

Perjuangan dakwah Rasulullah yang boleh diringkaskan sebagai berikut:

Thalabun Nusrah

Thalabun Nusrah adalah detik bersejarah yang dapat dinukil didalam kitab sirah dan merupakan satu aktiviti penting dalam marhalah kedua perjuangan Rasulullah s.a.w. Lestari atau tidaknya dakwah ditentukan olehnya kerana keberlangsungan dakwah memerlukan dua aspek penting:-

Cabaran-cabaran

Apabila Rasulullah menyeru manusia ke jalan Allah, tidak ramai yang mendengar seruannya. Kebanyakkan pengikut baginda adalah dari anggota keluarganya dan dari golongan masyarakat bawahan, Antara mereka ialah Khadijah, Ali, Zayd dan Bilal. Apabila baginda memperhebat kegiatan dakwahnya dengan mengumumkan secara terbuka agama Islam yang disebarkannya, dengan itu ramai yang mengikutnya. Tetapi pada masa, baginda menghadapi berbagai cabaran dari kalangan bangsawan dan para pemimpin yang merasakan kedudukan mereka terancam. Mereka bangkit bersama untuk mempertahankan agama datuk nenek mereka.

Semangat penganut Islam meningkat apabila sekumpulan kecil masyarakat yang dihormati di Mekah menganut agama Islam. Antara mereka ialah Abu Bakar, Uthman bin Afan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harith, Amr bin Nufail dan ramai lagi.

Akibat cabaran dari masyarakat jahiliyah di Mekah, sebahagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkir dan dipulaukan. Baginda terpaksa bersabar dan mencari perlindungan untuk pengikutnya. Baginda meminta Negus Raja Habsyah, untuk membenarkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya. Negus mengalu-alaukan ketibaan mereka dan tidak membenarkan mereka diserah kepada penguasa di Mekah.

Hijrah

Di Mekah terdapat Kaabah yang telah dibina oleh Nabi Ibrahim a.s. beberapa abad lalu sebagai pusat penyatuan umat untuk beribadat kepada Allah. Sebelumnya ia dijadikan oleh masyarakat jahiliyah sebagai tempat sembahyang selain dari Allah. Mereka datang dari berbagai daerah Arab, mewakili berbagai suku ternama. Ziarah ke Kaabah dijadikan mereka sebagai sebuah pesta tahunan. Orang ramai bertemu dan berhibur dengan kegiatan-kegiatan tradisi mereka dalam kunjungan ini. Baginda mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Antara mereka yang tertarik dengan seruan baginda ialah sekumpulan orang dari Yathrib. Mereka menemui Rasulullah dan beberapa orang Islam dari Mekah di desa bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah dan orang-orang Islam Mekah.

Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekah. Mereka menemui Rasulullah di tempat yang mereka bertemu sebelumnya. Kali ini, Abbas bin Abdul Muthalib, pakcik baginda yang belum menganut Islam hadir dalam pertemuan itu. Mereka mengundang baginda dan orang-orang Islam Mekah untuk berhijrah ke Yathrib. Mereka berjanji akan melayani mereka sebagai saudara seagama. Dialog yang memakan masa agak lama diadakan antara mayarakat Islam Yathrib dengan pakcik Rasulullah untuk memastikan mereka sesungguhnya berhasrat mengalu-alukan masyarakat Islam Mekah di bandar mereka. Rasulullah akhirnya bersetuju untuk berhijrah beramai-ramai ke bandar baru itu.

Mengetahui ramai masyarakat Islam merancang meninggalkan Mekah, masyarakat jahiliyah Mekah cuba menghalang mereka. Namun kumpulan pertama telahpun berjaya berhijrah ke Yathrib. Masyarakat jahiliyah Mekah bimbang hijrah ke Yathrib akan memberi peluang kepada orang Islam untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain.

Hampir dua bulan seluruh masyarakat Islam dari Mekah kecuali Rasulullah, Abu Bakar, Ali dan beberapa orang yang daif, telah berhijrah. Masyarakat Mekah kemudian memutuskan untuk membunuh baginda. Mereka merancang namun tidak berjaya. Dengan berbagai taktik dan rancangan yang teratur, Rasulullah akhirnya sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenali sebagai, ‘Bandar Rasulullah’.

 Madinah

Di Madinah, kerajaan Islam diwujudkan di bawah pimpinan Rasulullah s.a.w. Umat Islam bebas mengerjakan solat di Madinah. Musyrikin Makkah mengetahui akan perkara ini kemudiannya melancarkan beberapa serangan ke atas Madinah tetapi kesemuanya ditangkis dengan mudah oleh umat Islam. Satu perjanjian kemudiannya dibuat dengan memihak kepada pihak Quraish Makkah. Walau bagaimanapun perjanjian itu dicabuli oleh mereka dengan menyerang sekutu umat Islam. Orang Muslim pada ketika ini menjadi semakin kuat telah membuat keputusan untuk menyerang musyrikin Makkah memandangkan perjanjian telah dicabuli.

[sunting] Pembukaan Kota Makkah

Untuk rencana lanjutan mengenai topik ini, sila lihat Pembukaan Kota Mekah

Pada tahun kelapan selepas penghijrahan ke Madinah berlaku, Nabi Muhammad s.a.w. berlepas ke Makkah. Tentera Islam yang seramai 10,000 orang tiba di Makkah dengan penuh bersemangat. Takut akan nyawa mereka terkorban, penduduk Makkah bersetuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa sebarang syarat. Nabi Muhammad s.a.w. kemudian mengarahkan supaya kesemua berhala dan patung-patung di sekeliling Kaabah dimusnahkan.

Meneladani Perbuatan Rasulullah S.A.W

Perbuatan-perbuatan yang dilakukan Rasulullah SAW dibagi menjadi dua macam. Ada yang termasuk perbuatan-perbuatan jibiliyah, iaitu perbuatan yang dilakukan manusia secara fitri, dan ada pula perbuatan-perbuatan selain jibiliyah. Perbuatan-perbuatan jibiliyah, seperti berdiri, duduk, makan, minum dan lain sebagainya, tidak ada perselisihan bahawa status perbuatan tersebut adalah mubah (harus), baik bagi Rasulullah S.A.W maupun bagi umatnya. Oleh kerana itu, perbuatan tersebut tidak termasuk dalam kategori mandub (sunat).

Sedangkan perbuatan-perbuatan yang bukan jibiliyah, boleh jadi termasuk dalam hal-hal yang ditetapkan khusus bagi Rasulullah S.A.W, dimana tidak seorang pun diperkenankan mengikutinya (haram); atau boleh jadi tidak termasuk dalam perbuatan yang diperuntukkan khusus bagi beliau. Apabila perbuatan itu telah ditetapkan khusus bagi Rasulullah S.A.W, seperti dibolehkannya beliau melanjutkan puasa pada malam hari tanpa berbuka, atau dibolehkannya menikah dengan lebih dari empat wanita, dan lain sebagainya dari kekhususan beliau; maka dalam hal ini kita tidak diperkenankan mengikutinya. Sebab, perbuatan-perbuatan tersebut telah terbukti diperuntukkan khusus bagi beliau berdasarkan Ijmak Sahabat. Oleh kerana itu tidak dibolehkan meneladani beliau dalam perbuatan-perbuatan semacam ini.

Akan halnya dengan perbuatan beliau yang kita kenal sebagai penjelas bagi kita, tidak ada perselisihan bahawa hal itu merupakan dalil. Dalam hal ini penjelasan tersebut boleh berupa perkataan, seperti sabda beliau:

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَليِّ
“Solatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku solat”

خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ
“Laksanakan manasik hajimu berdasarkan manasikku (apa yang telah aku kerjakan)”

Hadis ini menunjukkan bahawa perbuatan beliau merupakan penjelas, agar kita mengikutinya. Penjelasan beliau bisa juga berupa qaraain al ahwal, yakni qarinah/indikasi yang menerangkan bentuk perbuatan, seperti memotong pergelangan pencuri sebagai penjelas firman Allah SWT:

فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا
“Maka potonglah tangan keduanya.” (Surah Al-Maidah : 38)

Status penjelas yang terdapat dalam perbuatan Rasulullah S.A.W, baik berupa ucapan maupun indikasi yang menerangkan bentuk perbuatan, dapat mengikuti hukum apa yang telah dijelaskan, apakah itu wajib, haram, mandub(sunat) atau mubah(harus) sesuai dengan arah penunjukan dalil.

Sedangkan perbuatan-perbuatan beliau yang tidak terdapat di dalamnya indikasi yang menunjukkan bahawa hal itu merupakan penjelas, bukan penolakan dan bukan pula ketetapan. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan apakah di dalamnya terdapat maksud untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) atau tidak. Apabila di dalamnya terdapat keinginan untuk bertaqarrub kepada Allah maka perbuatan itu termasuk mandub(sunat), di mana seseorang akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu dan tidak mendapatkan balasan jika meninggalkannya. Misalnya Solat Duha. Sedangkan jika tidak terdapat di dalamnya keinginan untuk bertaqarrub, maka perbuatan tersebut termasuk mubah(harus).

Pesanan Terakhir Rasulullah S.A.W (Isi Khutbah terakhir rasulullah SAW)

Ketika Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji yang terakhir, maka pada 9 Zulhijjah tahun 10 hijarah di Lembah Uranah, Bukit Arafah, baginda menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan kaum Muslimin, di antara isi dari khutbah terakhir Rasulullah SAW itu ialah:

Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan, Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu, dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini pada hari ini.
Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci, anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi. Ingatlah bahawa sesungguhya kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu, segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.
Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil.
Wahai manusia sebagaimana kamu mempunyai hak atas isteri kamu, mereka juga mempunyai hak ke atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak diberikan makan dan pakaian, dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.
Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini, sembahlah Allah, dirikanlah solat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ibadah haji sekiranya kamu mampu. Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama; tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal saleh.
Ingatlah, bahawa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan. Oleh itu, awasilah agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.
Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu. Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Qur’an dan Sunnahku.
Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku, menyampaikan pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya telah aku sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba-Mu.

Kronologi perkembangan Islam

Posted at 11:46 am | Comment (0)

21st June, 2009

Isteri-isteri Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w. pernah berkahwin dengan 13 orang perempuan. Sebelas daripadanya pernah bersama dengan Baginda sebagai suami isteri, manakala dua daripadanya diceraikan sebelum mereka bersama.

  1. Khadijah bt. Khuwailid al-Asadiyah r.a

  2. Saudah bt. Zam’ah al-Amiriyah al Quraisiyah r.a

  3. Aisyah bt Abi Bakr r.a

  4. Hafsah bt. Umar bin al-Khattab r.a

  5. Ummu Salamah Hindun bt. Abi Umaiyah r.a

  6. Ummu Habibah Ramlah bt. Abi sufian r.a

  7. Juwairiyah ( Barrah ) bt. Harith

  8. Safiyah bt. Huyay

  9. Zainab bt. Jansyin

  10. Asma’ bt. al-Nu’man al-Kindiyah

  11. Umrah bt. Yazid al-Kilabiyah

  12. Zainab bin Khuzaimah

Khadijah bt. Khuwailid al-Asadiyah r.a

Beliau adalah merupakan isteri nabi Muhammad s.a.w. yang pertama. Sebelum berkahwin dengan baginda, beliau pernah menjadi isteri kepada Atiq bin Abid dan Abi Halah bin Malik dan telah mempunyai empat anak, dua dengan suaminya yang bernama Atiq, iaitu Abdullah dan Jariyah, dan dua dengan suaminya Abu Halah iaitu Hindun dan Zainab.
Banyak kisah memaparkan bahawa sewaktu nabi Muhammad s.a.w. bernikah dengan Khadijah, umur Khadijah berusia 40 tahun sedangkan nabi Muhammad s.a.w. hanya berumur 25 tahun. Tetapi menurut Ibnu Kathir, seorang tokoh dalam bidang tafsir, hadis dan sejarah, mereka berkahwin dalam usia yang sebaya. Nabi Muhammad s.a.w. bersama dengannya sebagai suami isteri selama 25 tahun iaitu 15 tahun sebelum bithah dan 10 tahun selepasnya iaitu sehingga wafatnya Khadijah, kira-kira 3 tahun sebelum hijrah. Khadijah wafat semasa beliau berusia 50 tahun.
Beliau merupakan isteri nabi Muhammad s.a.w. yang tidak pernah dimadukan kerana kesemua isterinya yang dimadukan adalah berlaku selepas daripada wafatnya Khadijah. Di samping itu, kesemua anak baginda kecuali Ibrahim adalah kandungannya.
Mas kahwin daripada nabi Muhammad s.a.w. sebanyak 20 bakrah dan upacara perkahwinan diadakan oleh ayahnya Khuwailid. Riwayat lain menyatakan, upacara itu dilakukan oleh saudaranya Amr bin Khuwailid.

 Anak-anak Rasulullah bersama Khadijah

Diriwayatkan bahawa anak perempuan Nabi Muhammad SAW iaitu Fatimah Az-Zaharah telah berkahwin dengan Khalifah Saidina Ali bin Abi Talib.
Kesemua ketiga – tiga anak lelaki Rasullullah telah meninggal dunia sejak kecil lagi.Tujuan Allah SWT mencabut semua nyawa anak lelaki Nabi adalah bagi mengelakkan supaya tiada lagi wujud Nabi dan Rasul yang baru sesudah Nabi Muhammad,hal ini kerana Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul yang terakhir diutuskan Allah sesudah Nabi Isa diatas muka bumi ini.Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul bagi seluruh umat alam buana dan semesta sehinggalah ke Hari kiamat.

Saudah bt. Zam’ah al-Amiriyah al Quraisiyah r.a

Nabi Muhammad s.a.w. berkahwin dengan Saudah setelah wafatnya Khadijah 3 tahun. Saudah adalah seorang janda tua. Suami pertamanya ialah al-Sakran bin Amr. Saudah dan suaminya al-Sakran adalah di antara mereka yang pernah berhijrah ke Habsyah. Apabila suaminya meninggal dunia setelah pulang dari Habsyah, maka nabi Muhammad s.a.w. telah mengambilnya menjadi isteri untuk memberi perlindungan kepadanya dan memberi penilaian yang tinggi kepada suaminya.
Acara perkahwinan dilakukan oleh Salit bin Amr. Riwayat lain menyatakan upacara dilakukan oleh Abu Hatib bin Amr. Mas kahwinnya ialah 400 dirham.

Aishah bt Abu Bakar

Akad nikah diadakan di Mekah sebelum Hijrah, tetapi setelah wafatnya Khadijah dan setelah nabi Muhammad s.a.w. berkahwin dengan Saudah. Ketika itu Aisyah berumur 16 tahun. Rasulullah tidak bersama dengannya sebagai suami isteri melainkan setelah berhijrah ke Madinah. Ketika itu, Aisyah berumur 19 tahun sementara nabi Muhammad s.a.w. berumur 53 tahun.Umur Aisyah dan kekeliruan akibat dari perpecahan dalam Islam akibat fitnah syi’ah yang membenci Ummmul Mukminin
Aisyah adalah isteri nabi Muhammad s.a.w. yang tunggal yang dikahwininya semasa gadis. Upacara dilakukan oleh ayahnya Abu Bakar dengan mas kahwin 400 dirham.

Hafsah bt. Umar bin al-Khattab r.a

Hafsah seorang janda. Suami pertamanya Khunais bin Hudhafah al-Sahmiy yang meninggal dunia selepas Perang Badar. Bapanya Umar mempelawa Abu Bakar berkahwin dengan Hafsah, tetapi Abu Bakar tidak menyatakan sebarang persetujuan dan Umar mengadu kepada nabi Muhammad s.a.w.. Lalu baginda mengambil Hafsah sebagai isteri.

 Ummu Salamah Hindun bt. Abi Umaiyah r.a

Salamah seorang janda tua mempunyai 4 anak dengan suami pertama yang bernama Abdullah bin Abd al-Asad. Suaminya terkorban dalam Perang Uhud dan saudara sepupunya turut terkorban dalam perang itu lalu nabi Muhammad s.a.w. melamarnya. Mulanya lamaran ditolak kerana menyedari usia tuanya. Alasan umur turut digunakannya ketika menolak lamaran Abu Bakar dan Umar al Khattab.
Lamaran kali kedua nabi Muhammad s.a.w. diterimanya dengan mas kahwin sebuah tilam, mangkuk dari sebuah pengisar tepung.

 Ummu Habibah Ramlah bt. Abi sufian r.a

Ummu Habibah seorang janda. Suami pertamanya Ubaidullah bin Jahsyin al-Asadiy. Ummu Habibah dan suaminya Ubaidullah pernah berhijrah ke Habsyah. Ubaidullah meninggal dunia ketika di rantau dan Ummu Habibah yang berada di Habsyah kehilangan tempat bergantung.

Melalui al Najashi, nabi Muhammad s.a.w. melamar Ummu Habibah dan upacara perkahwinan dilakukan oleh Khalid bin Said al-As dengan mas kahwin 400 dirham, dibayar oleh al Najashi bagi pihak nabi.

Juwairiyah ( Barrah ) bt. Harith

Ayah Juwairiyah ialah ketua puak Bani al-Mustaliq yang telah mengumpulkan bala tenteranya untuk memerangi nabi Muhammad s.a.w. dalam Perang al-Muraisi’. Bani al-Mustaliq telah tewas dan Barrah telah ditawan oleh Thabit bin Qais bin al-Syammas al-Ansariy. Thabit mahu dia dimukatabah dengan 9 tahil emas Barrah mengadu kepada nabi. Baginda sedia membayar mukatabah tersebut dan seterusnya mengahwininya.

 Safiyah bt. Huyay

Safiyah anak kepada Huyay, ketua puak Bani Quraizah iaitu dari keturunan Nabi Harun a.s. Dalam Perang Khaibar, suaminya seorang Yahudi telah ditawan dan Safiyah telah ditawan. Dalam satu rundingan setelah dibebaskan, Safiyah telah memilih untuk menjadi isteri nabi Muhammad s.a.w.. Safiyyah meriwayatkan 10 hadis dan meninggal dunia dalam bulan Ramadhan tahun ke-50H (ada yang mengatakan 52H). Dia dikebumikan di al Baqi’.

Zainab bt. Jahsyin

Zainab merupakan isteri kepada Zaid ibn Harithah, yang pernah menjadi hamba dan kemudian menjadi anak angkat nabi Muhammad s.a.w. setelah dia dimerdekakan.

Hubungan suami isteri antara Zainab dan Zaid tidak bahagia kerana Zainab dari keturunan mulia, tidak mudah patuh dan tidak setaraf dengan Zaid. Zaid telah menceraikannya walaupun telah dinasihati oleh nabi Muhammad s.a.w. .

Upacara perkahwinan dilakukan oleh al-Abbas bin Abd al-Muttalib dengan mas kahwin 400 dirham, dibayar bagi pihak nabi Muhammad s.a.w.

 Umrah bt. Yazid al-Kilabiyah

Nabi Muhammad s.a.w. berkahwin dengan Umrah ketika Umrah baru sahaja memeluk agama Islam. Umrah telah diceraikan dan dipulangkan kepada keluarganya.

 Zainab bt Khuzaimah

Zainab binti Khuzaimah meninggal dunia sewaktu nabi Muhammad s.a.w. masih hidup.

Posted at 11:33 am | Comment (0)

13th June, 2009

Hello world!

Welcome to Chang Hui Xian’s Blog. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!

Posted at 5:06 pm | Comment (1)

13th June, 2009

About

This is an example of an iSchool-Blog page, you could edit this to put information about yourself or your site so readers know where you are coming from. You can create as many pages like this one or sub-pages as you like and manage all of your content inside of iSchool-Blog.

Posted at 5:06 pm | Comment (0)